William Soeryadjaya - Konglomerat yang Bertanggungjawab

Senin, 20 Januari 2020 17:16 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
William Soeryadjaya
Iklan

Kisah bisnis Om William Soeryadjaya mulai dari membangun ASTRA sampai runtuhnya Bank Summa.

Judul: William Soeryadjaya

Penulis: Pusat Data dan Analisa Tempo

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun Terbit: 2019

Penerbit: TEMPO Publishing                                                                                 

Tebal: 105

ISBN:

 

Salah satu tokoh bisnis yang berhasil dan dikenal bersih di Indonesia adalah Om William Soeryadjaya. BOS ASTRA ini dikenal sebagai pebisnis yang tumbuh dari bawah, bersih dari koneksi dan pionir. Selain PT. Astra International Inc, Om William juga menjadi Presiden Direktur untuk PT United Tractors. Taipan dengan nama kecil Tjia Kian Liong ini juga menjadi Direktur Utama untuk PT. Astra Graphia, PT. Gaya Motor, PT. Federal Motor, PT. Multi Astra dan PT. Toyota Astra Motor.

Penyuka masakan enak dan main tenis asal Majalengka ini mendirikan Pt. Astra bersama dengan saudara kandungnya, Tjia Kian Tie. PT. Astra mengageni penjualan berbagai merk mobil, seperti Daihatsu, Toyota, Renault dan Peageot. Namun pada tahun 1982, ketika pemerintah menaikkan pajak penjualan (PPn), PT. Astra mengalami masalah yang serius. Sebab sebagian besar mobilnya, khususnya yang berbahan bakar diesel menjadi tak terjual. Langkah yang diambil oleh Om William untuk mengatasi hal ini adalah mengangkat Teddy Rachmad, yang saat itu baru berusia 41 tahun menjadi Presiden Direktur. Sementara Om William menjadi Presiden Komisaris. Tenaga muda yang paham lapangan ini dijadikan menjadi komandan. Teddy segera melakukan restrukturisasi tenaga kerja dengan menerapkan sistem kontrol kualitas. Teddy juga mendapatkan kredit baru sehingga bisa fokus kepada pengembangan industry lokal tanpa perlu menguras devisa hasil eksport.

Salah satu karya fenomenal Om Willam adalah Toyota Kijang. Mobil serba guna yang sepenuhnya diproduksi di Indonesia ini berhasil menjadi raja jalanan. Bahkan versi Kijang Super, pada awal 1987 berhasil diekspor. Kijang Super diekspor ke Brunai, Papua Nugini, Fiji, Solomon, Vanutau, Thailand dan India. Ekspor Kijang ini juga memicu ekspor sukucadang mobil ke negara-negara tujuan tersebut.

Konglomerasi Astra tidak saja di bidang otomotif. Astra group mempunyai bisnis perkebunan, mesin fotokopi dan alat-alat berat. Astra juga merambah bidang finance. Bisa dibilang, Astra adalah salah satu konglomerasi bisnis terbesar di Indonesia saat itu. Alasan mengembangkan bisnis di luar sektor otomitif tidak semata karena alasan keuntungan; tetapi juga karena alasan penyediaan lapangan kerja.

 

Kisruh Bank Summa

Kejatuhan Om William Soeryadjaya terjadi karena masalah Bank Summa. Bank yang dikelola oleh anak kandung Om Willam – Edwrad Soeryadjaya, inilah yang kemudian menyeret Om William untuk menjual sahamnya di Astra. Untang yang menumpuk akibat gagal kliring Bank Summa membuat William Soeryadjaya tidak lagi berkutik, selain melego sahamnya di Astra. Saham Om Willam di Astra dijadikan jaminan kredit yang dikucurkan ke Bank Summa.

Melihat Bank Summa yang terlilit masalah, Om Willam melepas posisinya sebagai Preskom di Astra supaya bisa berkonsentrasi menyelamatkan Bank Summa. Beliau menyerahkan Astra kepada Sumitro Djojohadikusumo. Untuk menyuntuik Bank Summa, Om Willam menggadaikan sahamnya di Astra. Om William mengambil alih 100% saham Bank Summa. Sayang sekali Summa tidak mendapatkan dukungan oleh negara supaya bisa diselamatkan. Bahkan pada tanggal 14 Desember 1992 Bank Summa dilikuidasi.

Kegagalan Bank Summa ditengarai dikarenakan oleh berbagai sebab. Sebab pertama adalah karena audit Bank Agung Asia yang tidak benar. Saat Bank Agung Asia diambil alih oleh Summa, bank ini dinyatakan sehat. Padahal Bank Agung Asia mengalami sedang kerugian. Hal kedua adalah karena investasi yang jor-joran di sektor baru di luar sektor yang sudah digeluti oleh keluarga Willam Soeryadjaya. Pada saat yang sama Pemerintah sedang menjalankan kebijakan uang ketat yang mencekik bisnis baru yang sedang dikembangkan oleh Edward Soeryadjaya. Penyebab ketiga adalah karena Om William memang dikerjai oleh kelompok Cendana untuk mengambil alih Astra.

Ketiga dugaan tersebut mungkin benar. Atau salah satu atau salah duanya benar. Atau mungkin ada penyebab lain. Namun yang harus dipuji dalam hal ini adalah sikap Om William yang bertanggungjawab menyelesaikan kewajibannya kepada nasabah kecil Bank Summa. Om William menunjukkan bahwa kekayaan bukanlah hal terpenting baginya, tetapi reputasi sebagai seorang pebisnislah yang lebih utama.

 

Buku yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Analisis TEMPO ini penuh dengan informasi yang menarik. Namun sayang tidak disusun sebagai sebuah buku yang baik. Buku ini hanyalah berupa kumpulan artikel saja. Seandainya informasi tersebut disusun ulang menjadi sebuah buku yang utuh, maka pembaca akan mendapatkan kemudahan dalam menghubungkan satu bab dengan bab berikutnya.

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler